Selasa, 02 Mei 2017

i Still Love You

Hallo Stradars!!!
Apa kabar? Lama juga gue ga ngepost, hehe.
Udah jalan semester dua nih gue kuliah, jadi sudah sedikit ribet dengan pelajaran dan tugas yang kian hari kian sulit hehe.
Selasa malam ya, umm.. Dingin kalo disini udaranya.
Malam ini, gue mau cerita tentang apa itu bertahan. Bertahan untuk menetap di satu hati, walaupun entah bagaimana takdir menentukan hari esok. Untuk saat ini, hati masih menetap di satu cinta, yaitu dia.

Takdir.
Pernah denger istilah takdir? Apa sih takdir itu?
Kenapa bisa, katannya sebuah pertemuan itu ga ada yang kebetulan, melainkan takdir.
Menurut gue pribadi, definisi takdir sendiri adalah sesuatu yang belum pernah, sedang, atau akan terjadi selama kita hidup di dunia yang sementara ini.
Semuanya menurut gue adalah takdir, hanya saja, ada takdir yang bisa diubah dan tidak bisa diubah.
Seperti pertemuan, perpisahan, jatuh hati, patah hati, dan.. Rindu.

Gue punya sebuah cerita, tentang bagaimana semua takdir menyatu dalam suatu kisah klasik namun selalu membuat gue tertarik dan memikirkannya hingga tak bisa berkutik.

.
.
.
.
.
.
.

Sekitar empat belas tahun lalu.
Diatas sebuah kapal yang melaju antara Pulau Jawa dan Sumatra.
Diiringi debur ombak dan kicauan camau dan merdu di lautan luas.
Takdir menyapa.
.
.
Seorang anak perempuan yang masih berusia sekitar empat tahun saat itu, pergi bersama ibu dan om nya untuk berlibur ke Kota Palembang, menemui sanak saudaranya yang tinggal disana. Di perjalanan, anak perempuan itu dibelikan sebuah mainan pesawat oleh om nya. Ceria sekali anak perempuan itu bermain bersama pesawat barunya.
Saat kapal yang ia tumpangi sedang menyebrangi lautan, ada seorang anak laki-laki yang datang menghampirinya. Anak lelaki itu menyapa, dengan ramah dan lembut, mereka akhirnya saling bercengkrama. Mereka bermain pesawat terbang itu selama perjalanan dari Pelabuhan Merak menuju Bakau Heni. Tawa dan canda tercipta, meskipun samar diingat oleh keduanya. Tanpa mengenal nama, dan tahu satu sama lain. Sekian waktu mereka berada di atas kapal, sedikit banyak kenangan terkumpul. Menyanyi bersama, berlarian, melihat lautan. Semuanya mereka lakukan bersama. Meskipun samar, meskipun belum pasti kebenarannya.
Saat kapal sudah menepi di Pelabuhan Bakau Heni, akhirnya perpisahan itu harus mereka rasakan. Anak perempuan dengan mainan pesawatnya itu pun dibawa sang ibu untuk kembali masuk ke dalam bis yang akan membawa mereka hingga ke Kota Palembang. Sementara si anak laki-laki, katanya, akan pulang ke rumahnya di Lampung. Disana kedua anak kecil itu berpisah.
Dan untuk waktu yang cukup lama, tidak pernah bertemu kembali.
.
.
.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun.
Sesekali ingatan itu muncul, namun samar.
Entah dimana anak perempuan dan anak laki-laki itu berada. Yang pasti, mereka sama-sama pernah merasakan hal yang sama.
Hingga pada akhirnya, setelah sekian tahun lamanya, mereka dipertemukan kembali.
Dalam sebuah situasi dan kondisi yang berbeda.
Dan kecanggungan yang luar biasa.
Dan memori yang terputar dengan terbata-bata.
Mereka terus menerka.
Dan menerka.
Takdir apa yang ada diantara mereka sebenarnya.
.
.
.
Dan jawaban itu muncul, perlahan, empat belas tahun setelah kejadian di kapal itu berlalu.
Dari sana, semuanya bermula.








_To be continue____